Para pemain berkumpul di atas anak tangga menuju Ascalonian Catacomb, box chat penuh dengan tulisan ‘LFG’ – atau ‘looking for group’. Di sekitarnya terdapat cukup banyak kumpulan player, ada yang sibuk mempertahankan bukit dari serangan harpy di situs penggalian milik Durmand Priory, ada yang tampak menari atau menggunakan emote tidur, kemudian sejumlah player lain tampak memadati asuran waypoint yang menghubungkan dataran Ashford ini ke bagian dunia Tyria lainnya. 
Di dalam Catacomb, seorang ranger norn – Eir Stegalkin – sedang sibuk mencari senjata kuno yang bisa membantu menempa kembali guild tuanya, Destiny’s Edge. Para pahlawan yang bersatu dalam guild ini merupakan kunci untuk mengalahkan Zhaitan, seekor Elder Dragon yang mengancam keselamatan dunia. Mereka juga berperan sebagai mentor untuk kelima ras berbeda di dalam game, sambil menemani Anda dalam misi-misi individual. Seorang anggota Destiny’s Edge lain, Rytlock, mengikuti Eir ke dalam catacomb, dia marah karena Eir masuk tanpa izin ke wilayah bangsanya. Kami berada di sini untuk memastikan mereka tidak saling membunuh.
Kami ber-party bersama seorang warrior asura, makhluk kecil berpedang dengan armor merah-emas. Dia tanpa henti menceritakan guild miliknya. Dia memiliki berbagai barisan skill utility – memberikannya bonus pasif – yang terkombinasi dengan trait karakter dan memberikan si kecil ini dongkrakan kemampuan tambahan. Ini merupakan satu dari sekian banyak build dan lusinan kombinasi senjata serta delapan profesi dalam Guild Wars 2. Dia bangga dengan kemampuannya: dia bilang pada kami, persentase critical hit karakternya sangat tinggi.
Inilah bagaimana cara kami mengantri dungeon, sama saat bermain World of Warcraft, di depan sebuah portal yang memisahkan dungeon dengan dunia game lainnya. Sebuah rasa yang tercampur aduk, antara ketegangan menunggu aksi selanjutnya dengan rasa bosan. Pengalaman ini pertama kali kami rasakan dalam Guild Wars 2 setelah 30 jam bermain.

Ras charr, mantan antagonis dalam game sebelumnya, kembali diperkenalkan dengan gaya ala Klingon: Ashford kini adalah rumah mereka, namun kebudayaan perang yang rapuh menciptakan ketegangan baik di luar dan di dalam bangsa charr. Terakhir adalah ras raksasa norn, yang menghabiskan level awal menjelajahi pegunungan yang membeku tempat mereka mengasingkan diri, sambil berjuang membuktikan kehebatan diri mereka masing-masing: peradaban norn yang tersinspirasi dari bangsa Norse – dimana mereka mengutamakan kejayaan individual di atas segalanya – merupakan sebuah perumpamaan gamblang bagaimana pemain MMORPG menghabiskan waktunya.
Pilihan apapun yang Anda buat saat menciptakan karakter, Anda akan tersedot masuk ke dalam dunia game. Momentum akan sedikit melambat saat pemain menemui ‘instance’ pertama mereka di level 30.
Tentu saja, kami tidak kecewa. Saat permainan melambat, saat itu pula lah gamer menciptakan tali persahabatan – bahkan pernikahan, dari waktu ke waktu. Inilah pertama kalinya kami menunggu. Kami telah menelusuri pedesaan dan mengusir para bandit. Kami telah berhasil mempertahankan kota dari serangan centaur dan menyamar sebagai bajak laut untuk bisa memenangkan kompetisi minum bir. Kami telah bersusah payah mengkustomisasi setelan armor – dari mulai stat hingga warna – serta dibawa ke permainan yang benar-benar berbeda: mode conquest dimana penduduk sebuah server diadu dengan server lainnya, sebuah kehebohan gila-gilaan yang dulu hadir dalam Dark Age of Camelot. Berteori tentang skill sambil menunggu agar anggota party lengkap adalah seperti saat Anda mengantri bis di Senin pagi untuk berangkat ke kantor setelah liburan akhir minggu yang spektakuler.
Pada titik ini, rasanya mudah sekali untuk menghakimi. Seperti inilah, bapak-bapak dan ibu-ibu, bagaimana sebuah MMORPG dimainkan. Kami mengantri dan mengobrol: bak duduk di dalam bus dan menunggu hal asik lainnya untuk segera datang. Namun jika Anda melihat lebih dekat, tiap aspek di dalam game ini terasa unik karena ArenaNet berusaha meracik ulang bumbu penciptaan MMO. Permintaan join group yang tadi Anda lihat? Mereka tidak menuntut kelas tertentu: Guild Wars 2 tidak memiliki healer ataupun tank, dengan demikian tidak ada ‘peran’ yang harus diisi agar game bisa enak dimainkan. Para pemain yang berjuang mati-matian di atas bukit? Mereka terdiri dari karakter level delapan hingga 80, karakter level tinggi akan disesuaikan levelnya agar musuh tetap menantang, perbedaannya hanyalah pada kostum yang mereka kenakan. Waypoint yang Anda lihat itu? Benda ini menghubungkan semua area game yang pernah kami kunjungi sebelumnya, memungkinkan kami untuk pergi dan melakukan apapun yang kami mau. Beberapa hal ini merupakan inovasi dan kenyamanan yang membuat Guild Wars 2 sangat mudah dinikmati, sehingga mampu menyedot masuk khalayak yang tadinya enggan berurusan dengan grinding MMO yang menjemukan.

Sang asura kembali berbicara, kali ini dia mengeluh. Para monster ini terlalu mematikan, dan health mereka sangat banyak. Perhitungannya salah, mustahil mengalahkan para monster ini. Anda bahkan tidak bisa levelling atau mendapatkan item yang lebih baik, karena semua orang di dalam Catacomb ini memiliki level yang sama, yaitu level 30, dan tidak pula terdapat perbedaan mendasar antara equipment yang Anda miliki, seberapa langka pun mereka. Anda tidak bisa mengalahkan MMORPG ini dengan meningkatkan angka pada skill Anda: oleh karena itu, secara logika, game ini cacat.
“Kalau begitu menyingkirlah,” potong kami, sebelum situasi berubah tidak enak kami melanjutkan. “Menghindar atau block. Tergantung situasi – serangan palu raksasanya kan cukup lambat.”
Guild Wars 2 bukanlah game dimana serangan melee akan masuk karena server telah menentukannya seperti itu. Juga bukan game dimana fireball akan berbelok di udara dan mengenai Anda. Build karakter yang cerdas bisa menyelamatkan Anda, tapi membuat rencana saja tidaklah cukup – Anda harus bereaksi secepat kilat, memperhatikan apapun yang terjadi, dan berimprovisasi. Game MMO lain tampak tidak mempedulikan hal-hal ini, beberapa bahkan meninggalkannya sama sekali. Hal terburuk yang bisa dilakukan seorang pemain adalah menginterupsi status quo tersebut. Pada zaman dahulu kala, Leeroy Jenkins dicap sebagai contoh anggota party yang buruk – sebuah pandangan yang mengabaikan fakta bahwa sebenarnya ia adalah orang yang paling menarik dalam video tersebut. Dia dengan gagah berani menyerang ke tengah kumpulan musuh, seharusnya ia menjadi pahlawan!
Guild Wars 2 bukanlah MMO yang dimainkan Leeroy – pertempurannya yang sulit menuntut koordinasi – namun kami yakin merupakan MMO yang diidamkan Leeroy. Mekanisme pertempuran memungkinkan sebuah kesalahan diubah menjadi kemenangan, seperti memotong serangan fatal lawan dalam PvP atau menggunakan serangan knockback untuk memukul mundur musuh NPC yang mengganggu. Yang lucu tentang mempelajari sistem ini adalah hal yang sama juga diaplikasikan ke dalam game lain. Kita harus berpikir melewati sistem tank, heal dan DPS – sebuah formula abstrak yang terpaten karena kepopuleran MMO-MMO sebelumnya. Dalam FPS, jika seseorang mencoba menghajar kepala Anda dengan palu, Anda tidak mungkin hanya berdiri diam: Anda akan menghindar.
Tinggi rendahnya peran Anda didasari dari profesi karakter. Warrior menghabiskan mayoritas waktunya di tengah-tengah pertempuran jarak dekat, dan akan belajar untuk membalas serangan atau menghindarinya sama sekali, atau membiasakan diri melihat health bar mengering dengan cepat. Guardian memiliki armor yang tebal dan juga sihir, mengedepankan shield dan serangan energi. Thief dispesialisasikan agar mudah melompat keluar masuk dari medan tempur untuk membungkam musuh. Mesmer mampu menciptakan klon, necromancer memiliki pet dan efek status untuk mengatur arus pertempuran dan elementalist bisa menggunakan empat elemen untuk mengubah musuh menjadi debu. Engineer dan ranger mengontrol jalannya pertempuran secara tak langsung, menggunakan turret dan gadget atau pet dan perangkap untuk menjaga jarak dominiasi mereka.

ArenaNet telah memungut sistem pertempuran MMORPG, mengurainya, dan merakitnya kembali untuk memberikan Anda kenikmatan bertualang di dunia fantasi bersama teman-teman. Bagi kami, ArenaNet cukup sukses mengusung sistem ini, namun Anda tidak bisa menikmatinya secara maksimal sebelum Anda benar-benar berkomitmen untuk menerima perbedaan yang dimilikinya. Proses ini akan memakan waktu lebih lama jika Anda sebelumnya lebih menghabiskan banyak waktu memainkan MMORPG lain, dan baru ketika Anda mencapai level 30 ke atas game ini benar-benar memaksa Anda mengubah pola pikir. Cara ini cerdas dan inovatif, seakan-akan ArenaNet membiarkan gamer bermain dengan cara mereka, seperti kawan asura kami, namun diubah perlahan-lahan dan ketika kita sadar Guild Wars 2 merupakan game yang berbeda, ArenaNet telah menancapkan pasaknya dalam-dalam di benak kita semua.
Inilah dia konsep dasar Guild Wars 2. Hal ini juga dipertegas dengan sistem event yang mendampingi quest-quest area statis ber-icon hati, mereka berperan sebagai petunjuk kasat mata petualangan Anda di dunia Tyria. Mengejar event-event dari satu tempat ke tempat lain adalah tujuan utama game ini, dan bonus XP tambahan yang Anda dapatkan dari eksplorasi merupakan cara tercepat untuk levelling.
Bertualang juga memiliki imbalan tersendiri: Tyria adalah dunia yang didesain secara cantik dan cerdas. Area hub game ini, Lion’s Arch, adalah sebuah kota bajak laut megah yang terbuat dari bangkai-bangkai kapal laut. Para charr tinggal dalam sebuah bola raksasa ala Death Star yang didirikan di dalam kawah. Jika Anda berjelajah ke bagian tenggara Kessex Hills, Anda bisa menemukan desa di bawah bayang-bayang benteng terbang yang dijaga para elemental. Mungkin tempat ini dibuat hanya sebagai pemanis, namun benteng terbang ini terasa penuh kehidupan dan menjadi tempat yang menakjubkan untuk levelling.
Menjelajahi point of interest dan titik-titik vista bukan hanya memberikan Anda XP, namun juga mampu membawa Anda ke sebuah petualangan baru. Suatu saat, kami mengikuti seorang player yang mencoba membantu kami mencapai titik vista tersembunyi: perjalanan ini membawa kami melewati seluncuran air, terowongan terjal di bawah air, labirin sihir, dan jumping puzzle di tempat yang gelap gulita, sebelum akhirnya muncul di ruang tahta seorang hantu bajak laut. Mengapa semuanya dibuat seperti? Alasannya karena memang mereka dibuat seperti ini, dan juga karena semua ini menyenangkan. Saat Anda sadar ada berbagai kejutan menarik menunggu untuk dijelajahi, game ini terasa semakin menakjubkan.

Pada titik ini seharusnya pemain menghabiskan waktu untuk crafting, atau menikmati PvP world vs world, atau sekedar mendaki bukit di ujung peta, dan semua ini mampu memberikan XP yang sangat Anda butuhkan. Guild Wars 2 mati-matian berusaha mengajarkan hal ini, namun karena disajikan dengan tool-tips dan penjelasan mouse-over minimalis, tidak ada seorang pun di sejarah dunia perkomputeran yang benar-benar membaca ini dengan seksama. Pengalaman ini bisa membuat Anda merasa kewalahan, baik untuk pemain yang tidak mengerti dan juga gamer yang mengerti dan tidak paham mengapa pemain lain terus-menerus mengeluh. Terdapat beberapa fitur untuk menyelesaikan masalah ini, namun seharusnya game ini bisa mengatasinya dengan lebih baik.
Walau begitu, masalah ini terasa sepele karena inovasi dalam Guild Wars 2 berhasil menyegarkan dunia MMORPG yang kian jenuh. Kemudian yang terpenting, game ini dibuat dengan teknik yang lebih menitikberatkan pengalaman para pemain dibandingkan game lainnya. Guild Wars 2 mengharapkan Anda agar bertualang dan menolong seorang penduduk desa – atau untuk menemukan item baru dengan bereksperimen melalui sistem crafting-nya, atau mengikuti PvP – karena game ini menganggap Anda benar-benar tertarik untuk bermain dan memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan yang ada. Game ini berbeda dengan MMO lain yang biasanya memahkotai Anda dengan gelar Sang Kaisar Penyelamant Dunia selama Anda tetap memainkan game tersebut.
Hal ini jugalah yang membuat sistem tanpa biaya langganannya bekerja begitu baik. Saat GW2 meluncur dengan meninggalkan formula tua yang menggelikan, game ini juga mendamprat metode bisnis kuno MMO yang tak manusiawi. Setelah Anda membeli sebuah copy Guild Wars 2, Anda bisa mengakses kontennya secara gratis hingga kapanpun, dan ini merupakan penawaran ber-gaming terbaik yang ada.
Terdapat sedikit masalah saat game ini diluncurkan. Sistem server overflow-nya memungkinkan Anda untuk online tanpa mengantri, namun Anda akan terpisah dari kawan-kawan, dan cukup sulit bergabung ke dalam grup. Sistem pendukung seperti guild chat, auction house bergaya pos perdagangan, dan in-game store-nya terkadang tidak aktif. Antrian PvP world vs world juga terasa memakan waktu.
Memang terdapat sebuah rasa frustasi terhadap game yang dibuat sedetail mungkin untuk memuaskan keinginan pemain, dan saat kekurangan-kekurangannya diperbaiki, tidak ada yang mampu menghentikan Guild Wars 2. PvP baik dalam skala besar maupun kecil, semua menitikberatkan kebersamaan. Jalan cerita yang bercabang pada tiap ras tidak pernah jauh dari cerita fiksi fantasi lainnya, namun juga dengan karakter yang menarik, lokasi dan penyampaian yang dramatis serta lucu. Semuanya ada di sini, saat Anda memasuki Tyria untuk yang pertama kalinya.

Pada akhirnya, tingkat revolusioner Guild Wars 2 sepantasnya bergantung pada Anda – sang gamer – sendiri. Jika Anda menginginkan sesuatu yang benar-benar berbeda dari World of Warcraft, GW2 tidak sepenuhnya berbeda. Jika Anda menginginkan kebebasan berbasis pemain ala EVE, Anda juga tidak mendapatkannya. Guild Wars 2 tidak hanya mengejar satu visi tertentu. Game ini memiliki semangat kemajemukan yang tersusun dari ide-ide cemerlang yang terasa sangat halus ketika disentuh. Mencoba meyakinkan orang lain tentang kecanggihan Guild Wars 2 seperti mencoba menusuk orang dengan bola basket. Anda hanya akan membuat orang itu memar.
Yang terpenting, dengan kemajemukan yang dimilikinya, terlihat juga para talenta cemerlang di balik pembuatan game ini. Disajikan tanpa biaya bulanan, ArenaNet berhasil menyingkirkan bagian yang paling tidak disukai dalam MMORPG: derita membayar biaya berlangganan, dan hanya para kaum elite berkantong tebal saja yang bisa mengakses bagian-bagian terbaiknya. Kemudian, semangat perubahan Guild Wars 2 mengubah seluruh asumsi kita tentang MMO dan para gamer-nya. Dan Guild Wars 2 melaju dengan momentum yang tepat, pada waktu yang tepat, ke arah yang tepat. Game ini tidak sempurna, namun Guild Wars 2 diracik dengan ideologi dan struktur solid yang tidak dimiliki MMORPG lain saat mereka dirilis.
Guild Wars 2 bukanlah revolusi, game ini adalah panggilan perang. Game-game MMORPG masa depan akan menjadikan game ini sebagai standar baru: kedermawanan, keragaman, dan rasa hormat terhadap kemampuan serta waktu Anda sebagai pemain. Tentu saja, pada titik ini, bukan Guild Wars 2 yang akan membawa panji perubahan. Guild Wars 2 bukanlah revolusi, game ini adalah suara genderang perang, api kecil yang akan kembali menerangi industri MMO dan membawa mereka ke arah yang lebih baik.

Di dalam Catacomb, seorang ranger norn – Eir Stegalkin – sedang sibuk mencari senjata kuno yang bisa membantu menempa kembali guild tuanya, Destiny’s Edge. Para pahlawan yang bersatu dalam guild ini merupakan kunci untuk mengalahkan Zhaitan, seekor Elder Dragon yang mengancam keselamatan dunia. Mereka juga berperan sebagai mentor untuk kelima ras berbeda di dalam game, sambil menemani Anda dalam misi-misi individual. Seorang anggota Destiny’s Edge lain, Rytlock, mengikuti Eir ke dalam catacomb, dia marah karena Eir masuk tanpa izin ke wilayah bangsanya. Kami berada di sini untuk memastikan mereka tidak saling membunuh.
Kami ber-party bersama seorang warrior asura, makhluk kecil berpedang dengan armor merah-emas. Dia tanpa henti menceritakan guild miliknya. Dia memiliki berbagai barisan skill utility – memberikannya bonus pasif – yang terkombinasi dengan trait karakter dan memberikan si kecil ini dongkrakan kemampuan tambahan. Ini merupakan satu dari sekian banyak build dan lusinan kombinasi senjata serta delapan profesi dalam Guild Wars 2. Dia bangga dengan kemampuannya: dia bilang pada kami, persentase critical hit karakternya sangat tinggi.
Inilah bagaimana cara kami mengantri dungeon, sama saat bermain World of Warcraft, di depan sebuah portal yang memisahkan dungeon dengan dunia game lainnya. Sebuah rasa yang tercampur aduk, antara ketegangan menunggu aksi selanjutnya dengan rasa bosan. Pengalaman ini pertama kali kami rasakan dalam Guild Wars 2 setelah 30 jam bermain.
Long story
Bermain sebagai manusia, kami memulai petualangan di Queensdale – sebuah dataran pertanian yang diobrak-abrik para centaur secara konstan, di tengah-tengah konflik politik. Manusia adalah ras dominan yang keberadaannya semakin tersingkir. Jika kami memilih bermain sebagai asura, kami akan memulai permainan di hutan sebelah barat daya, dan disajikan kisah kombinasi fantasi dan fiksi ilmiah tentang golem canggih hingga perjalanan waktu. Ras termuda di Tyria, sylvari, adalah para manusia-pohon yang terinspirasi dari cerita rakyat bangsa Celtic dan mitos Arthurian, dengan ibukota di bawah tangkai bunga raksasa.
Ras charr, mantan antagonis dalam game sebelumnya, kembali diperkenalkan dengan gaya ala Klingon: Ashford kini adalah rumah mereka, namun kebudayaan perang yang rapuh menciptakan ketegangan baik di luar dan di dalam bangsa charr. Terakhir adalah ras raksasa norn, yang menghabiskan level awal menjelajahi pegunungan yang membeku tempat mereka mengasingkan diri, sambil berjuang membuktikan kehebatan diri mereka masing-masing: peradaban norn yang tersinspirasi dari bangsa Norse – dimana mereka mengutamakan kejayaan individual di atas segalanya – merupakan sebuah perumpamaan gamblang bagaimana pemain MMORPG menghabiskan waktunya.
Pilihan apapun yang Anda buat saat menciptakan karakter, Anda akan tersedot masuk ke dalam dunia game. Momentum akan sedikit melambat saat pemain menemui ‘instance’ pertama mereka di level 30.
Tentu saja, kami tidak kecewa. Saat permainan melambat, saat itu pula lah gamer menciptakan tali persahabatan – bahkan pernikahan, dari waktu ke waktu. Inilah pertama kalinya kami menunggu. Kami telah menelusuri pedesaan dan mengusir para bandit. Kami telah berhasil mempertahankan kota dari serangan centaur dan menyamar sebagai bajak laut untuk bisa memenangkan kompetisi minum bir. Kami telah bersusah payah mengkustomisasi setelan armor – dari mulai stat hingga warna – serta dibawa ke permainan yang benar-benar berbeda: mode conquest dimana penduduk sebuah server diadu dengan server lainnya, sebuah kehebohan gila-gilaan yang dulu hadir dalam Dark Age of Camelot. Berteori tentang skill sambil menunggu agar anggota party lengkap adalah seperti saat Anda mengantri bis di Senin pagi untuk berangkat ke kantor setelah liburan akhir minggu yang spektakuler.
Pada titik ini, rasanya mudah sekali untuk menghakimi. Seperti inilah, bapak-bapak dan ibu-ibu, bagaimana sebuah MMORPG dimainkan. Kami mengantri dan mengobrol: bak duduk di dalam bus dan menunggu hal asik lainnya untuk segera datang. Namun jika Anda melihat lebih dekat, tiap aspek di dalam game ini terasa unik karena ArenaNet berusaha meracik ulang bumbu penciptaan MMO. Permintaan join group yang tadi Anda lihat? Mereka tidak menuntut kelas tertentu: Guild Wars 2 tidak memiliki healer ataupun tank, dengan demikian tidak ada ‘peran’ yang harus diisi agar game bisa enak dimainkan. Para pemain yang berjuang mati-matian di atas bukit? Mereka terdiri dari karakter level delapan hingga 80, karakter level tinggi akan disesuaikan levelnya agar musuh tetap menantang, perbedaannya hanyalah pada kostum yang mereka kenakan. Waypoint yang Anda lihat itu? Benda ini menghubungkan semua area game yang pernah kami kunjungi sebelumnya, memungkinkan kami untuk pergi dan melakukan apapun yang kami mau. Beberapa hal ini merupakan inovasi dan kenyamanan yang membuat Guild Wars 2 sangat mudah dinikmati, sehingga mampu menyedot masuk khalayak yang tadinya enggan berurusan dengan grinding MMO yang menjemukan.
Old habits
25 menit kemudian, grup kami berantakan. Kami mati beberapa kali saat mencoba memecah pertahanan mob dungeon. Kami membuat kemajuan, berkat kemampuan respawn langsung dalam dungeon – namun rasanya sangat lambat, membuat frustasi, dan biaya perbaikan armor menjadi kian menumpuk. Sang warrior asura kembali memasuki medan tempur, dan sesaat kemudian hantu transparan bersenjata palu raksasa langsung menghantam wajahnya. Kawan kami yang menjadi petarung jarak jauh – seorang necromancer dan ranger – berdiri diam sambil menuangkan damage dari belakang. Ketika mereka jatuh terluka, mereka dibiarkan mati begitu saja: lagi pula, kami sendiri sedang mati-matian di depan sini.
Sang asura kembali berbicara, kali ini dia mengeluh. Para monster ini terlalu mematikan, dan health mereka sangat banyak. Perhitungannya salah, mustahil mengalahkan para monster ini. Anda bahkan tidak bisa levelling atau mendapatkan item yang lebih baik, karena semua orang di dalam Catacomb ini memiliki level yang sama, yaitu level 30, dan tidak pula terdapat perbedaan mendasar antara equipment yang Anda miliki, seberapa langka pun mereka. Anda tidak bisa mengalahkan MMORPG ini dengan meningkatkan angka pada skill Anda: oleh karena itu, secara logika, game ini cacat.
“Kalau begitu menyingkirlah,” potong kami, sebelum situasi berubah tidak enak kami melanjutkan. “Menghindar atau block. Tergantung situasi – serangan palu raksasanya kan cukup lambat.”
Guild Wars 2 bukanlah game dimana serangan melee akan masuk karena server telah menentukannya seperti itu. Juga bukan game dimana fireball akan berbelok di udara dan mengenai Anda. Build karakter yang cerdas bisa menyelamatkan Anda, tapi membuat rencana saja tidaklah cukup – Anda harus bereaksi secepat kilat, memperhatikan apapun yang terjadi, dan berimprovisasi. Game MMO lain tampak tidak mempedulikan hal-hal ini, beberapa bahkan meninggalkannya sama sekali. Hal terburuk yang bisa dilakukan seorang pemain adalah menginterupsi status quo tersebut. Pada zaman dahulu kala, Leeroy Jenkins dicap sebagai contoh anggota party yang buruk – sebuah pandangan yang mengabaikan fakta bahwa sebenarnya ia adalah orang yang paling menarik dalam video tersebut. Dia dengan gagah berani menyerang ke tengah kumpulan musuh, seharusnya ia menjadi pahlawan!
Guild Wars 2 bukanlah MMO yang dimainkan Leeroy – pertempurannya yang sulit menuntut koordinasi – namun kami yakin merupakan MMO yang diidamkan Leeroy. Mekanisme pertempuran memungkinkan sebuah kesalahan diubah menjadi kemenangan, seperti memotong serangan fatal lawan dalam PvP atau menggunakan serangan knockback untuk memukul mundur musuh NPC yang mengganggu. Yang lucu tentang mempelajari sistem ini adalah hal yang sama juga diaplikasikan ke dalam game lain. Kita harus berpikir melewati sistem tank, heal dan DPS – sebuah formula abstrak yang terpaten karena kepopuleran MMO-MMO sebelumnya. Dalam FPS, jika seseorang mencoba menghajar kepala Anda dengan palu, Anda tidak mungkin hanya berdiri diam: Anda akan menghindar.
Tinggi rendahnya peran Anda didasari dari profesi karakter. Warrior menghabiskan mayoritas waktunya di tengah-tengah pertempuran jarak dekat, dan akan belajar untuk membalas serangan atau menghindarinya sama sekali, atau membiasakan diri melihat health bar mengering dengan cepat. Guardian memiliki armor yang tebal dan juga sihir, mengedepankan shield dan serangan energi. Thief dispesialisasikan agar mudah melompat keluar masuk dari medan tempur untuk membungkam musuh. Mesmer mampu menciptakan klon, necromancer memiliki pet dan efek status untuk mengatur arus pertempuran dan elementalist bisa menggunakan empat elemen untuk mengubah musuh menjadi debu. Engineer dan ranger mengontrol jalannya pertempuran secara tak langsung, menggunakan turret dan gadget atau pet dan perangkap untuk menjaga jarak dominiasi mereka.
Mix and mash
Tanpa peran kelas MMO tradisional, Anda bebas menciptakan karakter apapun yang ada di kepala – warrior bersenjata senapan, mesmer ahli duel dengan pistol, engineer dengan flamethrower – tanpa perlu khawatir akan terkurung dalam suatu peran tertentu. Yang terbaik adalah, Anda bisa berpartisipasi dalam PvP delapan lawan delapan langsung dengan kemampuan level 80 bergantung dari profesi yang dipilih. Menyelesaikan tutorial linear sepanjang sepuluh-menit di kelas apapun memungkinkan Anda langsung bisa mencoba PvP-nya. Dengan sedikit eksperimen, Anda akan langsung jatuh cinta dengan karakter ciptaan Anda.
ArenaNet telah memungut sistem pertempuran MMORPG, mengurainya, dan merakitnya kembali untuk memberikan Anda kenikmatan bertualang di dunia fantasi bersama teman-teman. Bagi kami, ArenaNet cukup sukses mengusung sistem ini, namun Anda tidak bisa menikmatinya secara maksimal sebelum Anda benar-benar berkomitmen untuk menerima perbedaan yang dimilikinya. Proses ini akan memakan waktu lebih lama jika Anda sebelumnya lebih menghabiskan banyak waktu memainkan MMORPG lain, dan baru ketika Anda mencapai level 30 ke atas game ini benar-benar memaksa Anda mengubah pola pikir. Cara ini cerdas dan inovatif, seakan-akan ArenaNet membiarkan gamer bermain dengan cara mereka, seperti kawan asura kami, namun diubah perlahan-lahan dan ketika kita sadar Guild Wars 2 merupakan game yang berbeda, ArenaNet telah menancapkan pasaknya dalam-dalam di benak kita semua.
Inilah dia konsep dasar Guild Wars 2. Hal ini juga dipertegas dengan sistem event yang mendampingi quest-quest area statis ber-icon hati, mereka berperan sebagai petunjuk kasat mata petualangan Anda di dunia Tyria. Mengejar event-event dari satu tempat ke tempat lain adalah tujuan utama game ini, dan bonus XP tambahan yang Anda dapatkan dari eksplorasi merupakan cara tercepat untuk levelling.
Bertualang juga memiliki imbalan tersendiri: Tyria adalah dunia yang didesain secara cantik dan cerdas. Area hub game ini, Lion’s Arch, adalah sebuah kota bajak laut megah yang terbuat dari bangkai-bangkai kapal laut. Para charr tinggal dalam sebuah bola raksasa ala Death Star yang didirikan di dalam kawah. Jika Anda berjelajah ke bagian tenggara Kessex Hills, Anda bisa menemukan desa di bawah bayang-bayang benteng terbang yang dijaga para elemental. Mungkin tempat ini dibuat hanya sebagai pemanis, namun benteng terbang ini terasa penuh kehidupan dan menjadi tempat yang menakjubkan untuk levelling.
Menjelajahi point of interest dan titik-titik vista bukan hanya memberikan Anda XP, namun juga mampu membawa Anda ke sebuah petualangan baru. Suatu saat, kami mengikuti seorang player yang mencoba membantu kami mencapai titik vista tersembunyi: perjalanan ini membawa kami melewati seluncuran air, terowongan terjal di bawah air, labirin sihir, dan jumping puzzle di tempat yang gelap gulita, sebelum akhirnya muncul di ruang tahta seorang hantu bajak laut. Mengapa semuanya dibuat seperti? Alasannya karena memang mereka dibuat seperti ini, dan juga karena semua ini menyenangkan. Saat Anda sadar ada berbagai kejutan menarik menunggu untuk dijelajahi, game ini terasa semakin menakjubkan.
Fools rush on
ArenaNet tetap menggunakan formula yang telah ada sebelumnya – tetap ada bar XP yang harus Anda isi – dikombinasikan dengan sudut pandang psikologi yang berbeda. Lebih banyak petualangan, lebih sedikit daftar quest – dan hal ini bekerja dengan baik. Sayangnya, ini tidak cukup memotivasi pemain untuk menjelajah satu area dengan menyeluruh, dan kurangnya partisipasi dalam event membuat level karakter mereka selalu tertinggal dengan kebutuhan level di tempat itu, terutama jika mereka langsung mengejar quest-quest personal story.
Pada titik ini seharusnya pemain menghabiskan waktu untuk crafting, atau menikmati PvP world vs world, atau sekedar mendaki bukit di ujung peta, dan semua ini mampu memberikan XP yang sangat Anda butuhkan. Guild Wars 2 mati-matian berusaha mengajarkan hal ini, namun karena disajikan dengan tool-tips dan penjelasan mouse-over minimalis, tidak ada seorang pun di sejarah dunia perkomputeran yang benar-benar membaca ini dengan seksama. Pengalaman ini bisa membuat Anda merasa kewalahan, baik untuk pemain yang tidak mengerti dan juga gamer yang mengerti dan tidak paham mengapa pemain lain terus-menerus mengeluh. Terdapat beberapa fitur untuk menyelesaikan masalah ini, namun seharusnya game ini bisa mengatasinya dengan lebih baik.
Walau begitu, masalah ini terasa sepele karena inovasi dalam Guild Wars 2 berhasil menyegarkan dunia MMORPG yang kian jenuh. Kemudian yang terpenting, game ini dibuat dengan teknik yang lebih menitikberatkan pengalaman para pemain dibandingkan game lainnya. Guild Wars 2 mengharapkan Anda agar bertualang dan menolong seorang penduduk desa – atau untuk menemukan item baru dengan bereksperimen melalui sistem crafting-nya, atau mengikuti PvP – karena game ini menganggap Anda benar-benar tertarik untuk bermain dan memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan yang ada. Game ini berbeda dengan MMO lain yang biasanya memahkotai Anda dengan gelar Sang Kaisar Penyelamant Dunia selama Anda tetap memainkan game tersebut.
Hal ini jugalah yang membuat sistem tanpa biaya langganannya bekerja begitu baik. Saat GW2 meluncur dengan meninggalkan formula tua yang menggelikan, game ini juga mendamprat metode bisnis kuno MMO yang tak manusiawi. Setelah Anda membeli sebuah copy Guild Wars 2, Anda bisa mengakses kontennya secara gratis hingga kapanpun, dan ini merupakan penawaran ber-gaming terbaik yang ada.
Terdapat sedikit masalah saat game ini diluncurkan. Sistem server overflow-nya memungkinkan Anda untuk online tanpa mengantri, namun Anda akan terpisah dari kawan-kawan, dan cukup sulit bergabung ke dalam grup. Sistem pendukung seperti guild chat, auction house bergaya pos perdagangan, dan in-game store-nya terkadang tidak aktif. Antrian PvP world vs world juga terasa memakan waktu.
Memang terdapat sebuah rasa frustasi terhadap game yang dibuat sedetail mungkin untuk memuaskan keinginan pemain, dan saat kekurangan-kekurangannya diperbaiki, tidak ada yang mampu menghentikan Guild Wars 2. PvP baik dalam skala besar maupun kecil, semua menitikberatkan kebersamaan. Jalan cerita yang bercabang pada tiap ras tidak pernah jauh dari cerita fiksi fantasi lainnya, namun juga dengan karakter yang menarik, lokasi dan penyampaian yang dramatis serta lucu. Semuanya ada di sini, saat Anda memasuki Tyria untuk yang pertama kalinya.
Altogether now
ArenaNet tampak sengaja mengabaikan fakta bahwa gamer – dalam satu dekade ke belakang – terbagi ke dalam beberapa golongan: para PvP-er dan PvE-er, gamer hardcore dan casual. GW2 ingin Anda menjadi semuanya. Anda akan tersiksa jika terlalu fokus pada satu hal: mengejar lokasi vista satu per satu dapat membuat Anda lelah, bertanding dalam map PvP yang sama berkali-kali bisa membuat Anda bosan, mengejar level untuk mengakses personal story juga kadang menjemukan. Namun ketika salah satu hal ini menyentuh syaraf bosan di kepala, Anda tentu saja bisa melakukan hal lain.
Pada akhirnya, tingkat revolusioner Guild Wars 2 sepantasnya bergantung pada Anda – sang gamer – sendiri. Jika Anda menginginkan sesuatu yang benar-benar berbeda dari World of Warcraft, GW2 tidak sepenuhnya berbeda. Jika Anda menginginkan kebebasan berbasis pemain ala EVE, Anda juga tidak mendapatkannya. Guild Wars 2 tidak hanya mengejar satu visi tertentu. Game ini memiliki semangat kemajemukan yang tersusun dari ide-ide cemerlang yang terasa sangat halus ketika disentuh. Mencoba meyakinkan orang lain tentang kecanggihan Guild Wars 2 seperti mencoba menusuk orang dengan bola basket. Anda hanya akan membuat orang itu memar.
Yang terpenting, dengan kemajemukan yang dimilikinya, terlihat juga para talenta cemerlang di balik pembuatan game ini. Disajikan tanpa biaya bulanan, ArenaNet berhasil menyingkirkan bagian yang paling tidak disukai dalam MMORPG: derita membayar biaya berlangganan, dan hanya para kaum elite berkantong tebal saja yang bisa mengakses bagian-bagian terbaiknya. Kemudian, semangat perubahan Guild Wars 2 mengubah seluruh asumsi kita tentang MMO dan para gamer-nya. Dan Guild Wars 2 melaju dengan momentum yang tepat, pada waktu yang tepat, ke arah yang tepat. Game ini tidak sempurna, namun Guild Wars 2 diracik dengan ideologi dan struktur solid yang tidak dimiliki MMORPG lain saat mereka dirilis.
Guild Wars 2 bukanlah revolusi, game ini adalah panggilan perang. Game-game MMORPG masa depan akan menjadikan game ini sebagai standar baru: kedermawanan, keragaman, dan rasa hormat terhadap kemampuan serta waktu Anda sebagai pemain. Tentu saja, pada titik ini, bukan Guild Wars 2 yang akan membawa panji perubahan. Guild Wars 2 bukanlah revolusi, game ini adalah suara genderang perang, api kecil yang akan kembali menerangi industri MMO dan membawa mereka ke arah yang lebih baik.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Game
dengan judul Review Game Guild Wars 2. Jika kamu suka, jangan lupa like dan bagikan keteman-temanmu ya... By : INFO BEBAS AJA
Ditulis oleh:
Unknown -
Belum ada komentar untuk "Review Game Guild Wars 2"
Posting Komentar